(Dok. Kementerian Kesehatan AS)
Dilansir Washington Post, Minggu 31 Maret 2013, pihak berwenang China mengatakan, penyebab kedua orang itu terinfeksi masih belum jelas. Namun, tidak ada bukti ada penyebaran virus antarmanusia.
"Korban ketiga, seorang wanita di dekat Provinsi Anhui juga diketahui terjangkit virus flu burung H7N9, kini dalam kondisi kritis," tulis Komisi Nasional Kesehatan dan Perencanaan Keluarga China dalam laporan resminya.
Tidak ada tanda-tanda bahwa ketiganya saling menularkan penyakit tersebut. "Dan, kami tidak menemukan infeksi pada 88 orang yang sering berinteraksi dekat dengan ketiga korban sehari-hari," ujar petugas kesehatan setempat.
Flu burung H7N9 mengandung virus patogenik rendah yang tidak mudah menular ke manusia. Sebagian besar kasus kematian oleh flu burung disebabkan oleh virus H5N1, yang sempat "menghantui" populasi Asia sejak pada 2003.
Menurut rekam jejak kesehatan, salah satu warga Shanghai yang menjadi korban meninggal berusia 87 tahun, menderita sakit sejak 19 Februari dan menghembuskan napas terakhir pada 27 Februari.
Sementara itu, korban lainnya berumur 27 tahun, yang terjangkit dari 27 Februari dan meninggal pada 4 Maret silam. "Sementara itu, korban wanita, warga kota Chuzhou, sakit sejak 9 Maret dan hingga kini masih dalam perawatan," tutur petugas kesehatan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China pada Sabtu telah mengonfirmasi bahwa ketiga kasus tadi adalah H7N9. WHO, badan kesehatan PBB, telah diberitahu mengenai temuan ini.
0 komentar:
Posting Komentar